RESUME
BUKU “SATU TUHAN BANYAK AGAMA”
Buku “Satu tuhan banyak
agama” karya Media Zainul Bahri ini membahas tentang pandangan para ulama sufi
mengenai pandangan pluralisme dalam beragama. Setelah membaca buku ini semakin
memperluas cakrawala saya tentang arti pluralisne dan pentingnya toleransi
antar umat beragama.
Ketiga ulama yang
mengemukakan pendapatnya di buku ini adalah Ibnu ‘Arabi, Jallaludin Ar Rummi,
dan Abdul Al-Karim Al-jilli. Ketiganya mempunyai pandangan yang sama tentang
konsep pluralisme dalam beragama, tetapi penyampaiannya berbeda satu sama lain.
Perbedaan ini dikarenakan, Karakteristik ulama dalam menyampaikan pandanganya,
dan juga dikarenakan ketiganya hidup di masa yang berbeda, sehingga mereka
tidak pernah saling bertukar pikiran.
Mereka menjelaskan
bahwa terdapat kesamaan diantara semua agama. kesatuan itu dapat dilihat pada
uraian-uraian ketiga sufi mengenai kesatuan ketuhanan, kesatuan asal syariat,doktrin
agama, kesatuan sumber kitab suci, kesatuan tujuan pengabdian, dan ajaran cinta
kasih. Semua agama tentunya menuju pada Tuhan Yang Maha Esa,dan kitab suci-Nya
pun berasal dari Tuhan itu juga. Berarti ada kesamaan tehadap tuhan itu
sendiri. Dengan kata lain Hanya ada satu Tuhan dan banyak jalan (Agama) yang bisa ditempuh untuk mencapai
Tuhan itu.
Ibnu ‘Arabi menjelaskan
pandangannya secara intelektual dalam penyampaian pemikirannya. Beliau membahas
respon manusia berdasarkan pengetahuan akan Tuhan,konsep kultur dalam
ketuhanan,interaksi tajalli dan manusia yang semuanya di jelaskan dengan
kata-kata yang mudah di pahami.
Lain halnya dengan
Jallaludi Ar-Rumi lebih sering menjelaskan pandangannya dengan menggunakan
untaian kata yang dirangkai menjadi suatu karya satra yang indah. Dia juga
sering menggambarkan pemikirannya melalui dongeng, fabel, tamsil dan sebagainya
agar lebih mudah dipahami orang.
Sementara Al-Jilli
menjelaskan pandangnya tentang beragama secara lebih kompleks dari kedua sufi
lainya. Bahasa yang digunakan Al-jilli juga tergolong mudah untuk dipahami.
Jilli lebih banyak menjelajahi gagasan-gagasan Ibnu ‘Arabi, meskipun terdapat
pula modifikasi dan hal unik yang diuraikannya.
Tidak ada perbedaan
signifikan antara ketiganya. Kecuali persamaan seperti teori tajalli,
sebab-sebab perbedaan syariat, agama dan keyakinan, nama-nam dan sifat tuhan,
Tuhan impersonal dan personal, kesatuan esensi dalam beragama.
Walaupun bentuk-bentuk
agama berbeda,tetapi tidak sedikit doktrin agama,terutama yang menyangkut
etika,memiliki titik temu atau kesamaan antara satu dengan yang lain. Para pemeluk
agama dapat memahami mekipun berbeda agama,tetapi semua agama selalu
mengajarkan etika-etika baik seperti berkata jujur,menghormati orang tua,
mengasihi sesama umat manusia,dll.
Selain kesamaan antar
agama,terjadi juga perbedaan antar agama. Hal inilah yang sering menimbulkan
konflik atau perpecahan antar umat manusia. Perbedaan dan keragaman agama-agama
terjadi pada bentuk penampakan tuhan terhadap hambanya (tajalli), faktor
historis-alamiah, dan juga respons. Manuasia memang dibebaskan untuk memilih
agama yang di peluknya dan juga melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Tapi itu semua tergantung pada tingkat pengetahuan dari manusia
tersebut agar dapat ber-tajalli dengan Tuhannya.
Dalam kontek beragama
mempunyai sifat absolut dalam dirinya. Setiap manusia meyakini bahwa tuhan yang
disembahnya adalah Tuhan yang benar-benar Tuhan.tetapi jika dia memandang di
luar dirinya, Manusia harus memiliki sifat relatif, dalam arti apa yang
dianggapnya benar,belum tentu orang lain menganggapnya juga benar, begitu juga
sebaliknya. Penulis menyataka dengan istilah “absolutelly relative” yang
berarti keyakinan seseorang selalu dianggap benar oleh dirinya sendiri,tapi
konteksnya berbeda saat memandang ke luar dirinya.
Ketiga sufi meyakini
Agama dan syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah yang paling sempurna,
unggul, mudahdan penuh kebahagiaan menuju Tuhan. Sementara jalan-jalan yang
lain namun penuh dengan resiko. Dengan kata lain jalan itu memang tertuju pada
Tuhan, tetapi kemungkinan manusia akan tersesat di tengah jalan tersebut
sebelum mencapai titik akhir yaitu Tuhan.
Doktrin kesatuan
transenden atau batini agama-agama merupakan kombinasi kuat dan kokoh dari
pengalaman spiritual dan pengetahuan ketiga sufi. Jika Kitab suci menyebutkan
hanya ada satu tuhan yang mengirim beragam rasul dengan membawa syariat yang
berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kultur umat masing-masing. Secara
spiritual Ibnu ‘arabi, Rumi, Jilli menyaksikan satu jalan ketuhanan tersebut.
“Agama” sejatinya hanyalah satu karena bersumber dan beresensi dari yang sama.
Visi yang harus
disadari oleh seorang hamba adalah apapun agamanya,untuk tidak menganggap
rendah Tuhan yang diyakini oleh orang lain dikarenakan pada dasarnya Tuhan yang
dibicarakan adalah sama, melainkan justru mau belajar dari kekayaan
tradisi-tradisi keimanan orang lain agar menambah keimanan kita kepada Tuhan. Tuhan
terlalu luas untuk kau sempitkan dalam pemahaman tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar